Saturday, June 14, 2008

BAKAR SAMPAH, BUKAN BAKAR SATE


Dampak Membakar Sampah Asal – asalan

Surabaya dan jakarta termasuk kota yang menghadapi masalah sampah. Untuk membantu memecahkan masalah, beberapa warga mencoba membakar sampah mereka sendiri.Namun,cara ini ternyata menimbulkan masalah lain,yang menganggu kesehatan . sampah memang menjadi biang keladi permasalahan lingkungan saat ini.

Pembakaran yang bersih hanya bisa dilakukan dalam api yang panas dan suplai oksigen yang cukup. Padahal,pada pembakaran sampah yang umum dilakukan, yakni sampah dalam tumpukan ,hanya bagian luar yang mendapat cukup oksigen hanya menghasilkan CO2 . Sementara bagian dalam karena kekurangan suplai O2,akan menghasilkan karbonmonoksida (CO). Satu ton sampah akan menghasilkan sekitar 30 Kg CO.

CO adalah gas yang mampu membunuh orang secara massal .jika dihirup, gas ini akan berikatan sangat kuat dengan homoglobin darah.

Akibatnya hemoglobin yang mestinya mengangkut dan mengedarkan oksigen keseluruh tubuh akan terganggu.Tubuh akan kekurangan O2 dan menimbulkan kematian.

Masalah lain dari sampah organik adalah kelembabannya. Sampah basah mengakibatkan partikel-partikel yang tidak terbakar beterbangan, juga berakibat terjadi reaksi yang menghasilkan hidrokarbon berbahaya. Partikel –partikel yang tidak terbakar akan terlihat sebagai awan dalam asap.

Dari 1 ton sampah kira-kira dihasilkan 9 kg partikel padat yang tidak terbakar berupa asap coklat. Sebagian partikel akan terhisap masuk paru-paru karena mekanisme penyaringan dalam hidung kita tidak mampu menyaringnya.

Hidrokarbon berbahaya, senyawa penyebab iritasi seperti asam, cuka, serta senyawa penyebab kanker seperti benzopirena, juga mungkin dihasilkan. Suatu studi menyimpulkan, asap dari pembakaran sampah mengandung benzopirena 350 kali lebih besar dari asap rokok. Telah kita kenal denganbaik, perokok pasif pun dapat berisiko kanker gara-gara asap rokok orang-orang disekitarnya. Lebih berbahaya kalau anda menderita asma, infeksi paru-paru, atau bronkritis kronis. Anak-anak akan lebih menderita lagi karena mereka menghirup jumlah udara persatuan berat badannya lebih besar dari pada orang dewasa dan juga karena perbedaan struktur paru-parunya.

Yang lebih parah, jika sampah organik bercampur dengan bahan-bahan sintesis. PVC dalam pembungkus kabel,kulit sintesis dan lantai vinil misalnya, mengandung senyawa berbahaya yang mengandung klor.

Pembakaran bahan tersebut akan menghasilkan gas HCL yang korosif. Celakanya, pembakaran dengan suhu kurang dari 1.100ºC pun akan menghasilkan dioksin-zat sebagai racun tumbuhan (herbisida). Selain itu mungkin pula dihasilkan fosgen, yang dikenal sebagai racun yang digunakan pada PD I. Terdapat 75 racun lain yang telah dikenal dalam hasil pembakaran sampah yang mengandung klor.

Bahan sintesis yang mengandung nitrogen akan menghasilkan senyawa berbahaya lain. Nitrogen terdapat dalam bahan sintesis seperti nilon dan busa poliuretan seperti yang terdapat dalam matras, sofa dan karpet yang berbusa. Pada pembakaran di atas 600º C bahan sintesis yang mengandung nitrogen ini akan menghasilkan HCN, suatu gas sangat beracun. Sebaliknya pembakaran sampah basah pada suhu kurang dari 600ºC pun akan menghasilkan isosianat. Senyawa ini terkenal karena menyebabkan kecelakaan mengenaskan di Bhopal beberapa tahun silam.

Bahkan, pembakaran potongan kayu dapat membahayakan karena akan menghasilkan senyawa yang mengakibatkan kanker, formaldehida. Sementara itu, melanin dapat menghasilkan formaldehida jika dibakar dengan suplai oksigen banyak, atau menghasilkan HCN jika suplai oksigen kurang.

Untuk mengurangi polusi udara, mungkin kita perlu memilah-milah sampah yang akan dibakar, atau seminimal mungkin membakarnya.

No comments: