Saturday, June 14, 2008

PERKEMBANGAN IDEOLOGI


PERKEMBANGAN IDEOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

Perkembangan nasionalisme di Indonesia mencapai titik kemajuan sejak berdirinya organisasi Budi Utomo tahun 1908. Sejak itu, banyak organisasi dan gerakan sosial politik yang mengusahakan perbaikan atas kondisi rakyat Indonesia. Jika kita memetakan perkembangan nasionalisme Indonesia sejak Budi Utomo hingga kemerdekaan, akan diperoleh karakteristik periode perkembangan yang akan dijelaskan sebagai berikut :

  1. Periode Awal Perkembangan

Pada periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki situasi sosial dan budaya. Beberapa organisasi dan gerakan yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo, Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam dan Muhammadiyah.

  1. Periode Nasionalisme Politik

Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia telah mulai menyinggung bidang politik untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Beberapa organisasi dan gerakan yang muncul pada periode ini adalah Indische Partij dan Gerakan Pemuda

  1. Periode Radikal

Dalam periode ini,gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai kemerdekaan. Namun,dengan cara nonkooperasi atau tidak mau bekerja sama dengan kaum penjajah. Beberapa organisasi dan gerakan yang berkembang pada periode ini adalah Perhimpunan Indonesia,PKI dan PNI.

  1. Periode Bertahan

Dalam periode ini,gerakan nasionalisme di Indonesia lebih moderat dan penuh pertimbangan. Pada periode ini, diwarnai dengan sikap Pemerintah Belanda yang sangat reaktif sehingga organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan agar tidak dibubarkan Pemerintah Belanda. Beberapa organisasi dan gerakan yang berkembang dalam periode ini adalah Parindra,Gerindo,GAPI dan Fraksi Nasional.

A. PERIODE AWAL PERKEMBANGAN

I. Budi Utomo

Organisasi Budi Utomo berdiri atas inisiatif Mas Ngabehi Wahidin Soedirahoesodo yang ingin meningkatkan martabat bangsanya melalui kegiatan pengajaran. Pada 20 Mei 1908, para pelajar STOVIA mendirikan perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo. Soetomo dipilih sebagai ketuanya. Hari lahirnya Budi Utomo diperingati oleh Bangsa Indonesia sebagai hari Kebangkitan Nasional. Tujuan Budi Utomo adalah meningkatkan pengajaran bagi orang Jawa. Dalam perkembangannya,Budi Utomo mengalami kemunduran karena adanya perpecahan antara golongan muda dan tua. Akhirnya,Budi Utomo bergabung dengan organisasi lainnya dan membentuk Partai Indonesia Raya ( Parindra ).

II. Sarekat Islam

Sarekat Islam awalnya bernama Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi pada 1911 di Surakarta. Sarekat Islam mengalami perkembangan yang pesat setelah dipimpin Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Dalam sebuah pidatonya, H.O.S.Tjokroaminoto menegaskan bahwa tujuan SI adalah memperkuat basis ekonomi kaum pribumi agar mampu bersaing dan membebaskan ketergantungan ekonomi dari bangsa asing.

Dalam perkembangannya,muncul golongan sosialis radikal

didalam SI yang diwakili unsur-unsur Indische Sicial Demokratische Vereeniging (ISDV) dan gerakan sosial lainnya,antara lain Semaun,Darsono dan Tan Malaka. Adanya tokoh-tokoh berhaluan kiri ini menyebabkan konflik Ideologi dalam tubuh SI. SI terpecah menjadi 2 (dua),yaitu SI Putih dan SI Merah. SI Merah berasas Komunis,sedangkan SI Putih masih mempertahankan asas keIslaman.

Dalam kongresnya tahun 1921,disepakati adanya disiplin partai yang melarang anggota SI merangkap keanggotaan dengan organisasi lain. Akibatnya,Semaun dikeluarkan dari SI. Hal ini diikuti oleh cabang-cabang yang mendapat pengaruh komunis. Mereka kemudian bergabung dengan Partai Kominis Indonesia (PKI).

III. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan dan bertujuan untuk menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW serta ingin memajukan agama Islam. Untuk mewujudkan hal itu,Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan,tabligh-tabligh Islam,badan wakaf serta menerbitkan buku-buku,brosur,majalah dan surat kabar. Mulai tahun 1920 Muhammadiyah mulai meluaskan sayapnya kedaerah-daerah di Pulau Jawa. Pada tahun 1921 melebar lagi sampai ke luar jawa. Cabang utama Muhammadiyah diluar Jawa mula-mula adalah di Minangkabau yang sudah sejak lama melaksanakan pembaharuan Islam. Kemudian,pada tahun 1927,cabang-cabang baru berdiri di Bengkulu,Banjarmasin dan Amuntai. Pada tahun 1929,cabang baru dibentuk di Aceh dan Ujung Pandang (Makasar).

Kegiatan Utama cabang-cabang itu adalah dibidang pendidikan dan kesejahteraan sosial. Antara tahun 1920-1925,Muhammadiyah giat mendirikan sekolah-sekolah. Pada tahun 1923,didirikan Majelis Pimpinan Pengajaran Muhammadiyah dengan ketua M.Joyosugito.

Di bidang kesejahteraan sosial,anak-anak terlantar dan kaum miskin mendapat perhatian khusus. Untuk mendukung hal itu,didirikan balai kesehatan dan persatuan juru rawat. Khusus untuk kaum wanita,kegiatannya ditampung oleh organisasi wanita Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Wathan. Dari paparan diatas peran organisasi Muhammadiyah terlihat melalui dunia pendidikan dalam mendukung perjuangan kemerdekaan,menghapus kebodohan serta kemiskinan.

IV. Gerakan Wanita

Kondisi wanita pada abad ke-19 masih sangat

terbelakang. Gerakan emansipasi wanita dipelopori oleh R.A. Kartini. Arti emansipasi adalah keinginan untuk mendapat persamaan hak dengan kaum laki-laki.Pada mulanya,gerakan mereka merupakan bagian dari organisasi lokal kedaerahan atau keagamaan. Namun,pada perkembangannya tumbuh organisasi-organisasi perempuan yang berdiri sendiri. Tumbuh berbagai perkumpulan perempuan yang mengelola pendidikan bagi kaum perempuan sendiri. Diantaranya,perkumpulan Keoetamaan Istri yang masih diasuh oleh Dewi Sartika dan Sekolah Kartini di Jakrta dll.

Kaum perempuan juga mulai mempunyai surat kabarnya

sendiri,seperti Poetri Hindia yang terbit di Bandung (tahun 1909),Wanita Sworo yang terbit di Brebes (tahun 1913),Soenting Melajoe yang terbit di Bukit Tinggi (tahun 1918),Isteri Oetama di Semarang,Soera Perempoean di Padang dan Perempoean Bergerak di Medan.

Dalam perkembangannya, muncul pula organisasi perempuan yang lebih radikal dan nonkooperatif dengan Pemerintah Belanda,misalnya Perkumpulan Istri Sedar.

Perkumpulan ini menganjurkan agar kaum perempuan Indonesia tidak terlalu terikat pada pendidikan dan rumah tangga saja,tetapi ikut serta dalam kehidupan politik. Organisasi ini ikut aktif dalam berbagai aksi seperti aksi menentang poligami.

Organisasi-organisasi perempuan ini kemudian mengadakan Kongres Perempuan I di Yogyakarta pada tahun 1928,dan Kongres Perempuan II di Jakrta pada tanggal 22 Desember 1930 yang kemudian dikukuhkan menjadi hari ibu. Kongres perempuan menekankan kesadaran kaum perempuan Indonesia untuk ikut membantu terbentuknya suatu bangsa baru sebagai bagian dari kesadaran nasionalnya.

B. PERIODE NASIONALISME POLITIK

I. Indische Partij

Indische Partij berdiri diatas dasar nasionalisme. Indonesia merupakan National Home,tempat semua orang,baik keturunan pribumi,Belanda,Cina,Arab dan lain-lain mengakui Hindia sebagai tanah air dan bangsanya. Faham ini dikenal dengan istilah Indische Nationalisme atau Nasionalisme Hindia. Organisasi ini berdiri pada 25 Desenber 1912. pencetus organisasi ini ialah E.F.E Douwes Dekker, yang juga terkenal dengan nama danudirja setyabuddhi. Ia beranggapan bahwa kaum indo tidak di tentukan oleh pemerintah kolonial, tetapi terletak dalam kerja sama dengan rakyat indonesia lainnya. Ia menghendaki interasi golongan indo dengan cara pelaburan ke dalam masyarakat indonesia. Melalui karangan-karangannya di majalah Het Tijdschrift dan De Express, ia melancarkan propagandanya mengenai program “Hindia” untuk setiap gerakan politik yang sehat.

Douwes Dekker mengadakan perjalanan propaganda ke pulau jawa antara 15 Septenber – 3 Oktober 1912. Dalam perjalanannya tersebut, ia bertemu dengan dr. Tjipto Mangunkusumo dan suwardi Suryaningrat. Ketiga tokoh ini atau lebih dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai” kemudian sepakat bergabung dalam Indic\sche Partij yang didirikan pada tanggan 25 Desember 1912 di Bandung. Tujuan organisasi Indische Partij adalah membangun patriotisme semua “Indiers” terhadap tanah air yang telah memberi kehidupan pada mereka.

II. Gerakan Pemuda

Salah satu aspek dari gerakan pemuda adalah kecendrungan yang bertolak dari sebuah kerangka solidaritas yang terbatas. Pada awalnya, organisasi ini berdiri di kalangan pelajar dari daerah yang ada di kota besar. Organsisai yang paling awal berdiri di kalangan pelajar dimulai dikota-kota besar seperti jakarta dan bandung, diantaranya perkumpulan pasundan, Molukus, Politik Varbord, persatuan Minahasa, Sarekat Celebes, Perserikatan Timor, Sarekat Sumatera.

Demikianlah, melalui pertemuan-pertemuan di asrama serta tulisan-tulisan di majalah dan surat kabar, mereka membangkitkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Cita-cita persatuan dan kemerdekaan mulai menyentuh hati para pemuda tersebut. Organisasi pemuda kedaerahan merupakan masa awal pertumbuhan bangsa dan awal dari proses integrasi nasional.

III. Tri Koro Dharmo

Pada 7 maret 1915, berkumpul sejumlah pemuda di gedung STOVIA, Jakarta. Sebagai ketua, terpilih Saitiman Wirjosandjojo; sebagai wakil ketua, suradi Wongsonegoro; dan sebagai sekretaris, Soetomo. Pada kongres tri koro dharmo yang pertama, di solo, tahun 1928, menghasilkan dua keputusan penting­­­­­­­­­­­­­­­­­­, yakni tentang ruang lingkup keanggotaan dan nama organisasi. Nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Tujuan Organisasi pun diubah menjadi membangun persatuan Java Raya.

Jong Java awajnya tidak mempunyai tujuan politik. Namun, sikap jong java ini semakin tidak dapat dipertahankan sebab paham persatuan dan kebangkitan bangsa Indonesia semakin meningkat. Hal itu tampak dari hasil kongresnya yang ke 8 pada 28 Desember 1925 – 2 Januari 1926 di Bandung. Hasil kongres menegaskan bahwa Jong Java tidak sekedar membangun cita-cita Java Raya saja, melainkan turut meningkatkan persatuan dan cita-cita Indonesia merdeka. Mulai saat itu, Jong Java secara resmi memasuki gelanggang politik.

IV. Jong Sumatranen Bond

Pada 9 Desember 1917, dibentuklah organisasi pemuda Jong Sumatranen Bond. Dari pembentukan organisasi ini, diharapkan dapat memperkokoh hubungan antara sesama pelajar asal Sumatra. Selain itu, Jong Sumatranen Bond menghasilkan tokoh-tokoh yang menonjol, seperti M. Hatta, M. Yamin, dan Bahder Djordan. Pada kongres Jong Sumatranen Bond yang metiga, Moh. Yamin melontarkan ide penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa perantara dan bahasa persatuan. Didalam pidatonya, Yamin menekankan betapa pentingnya bahasa perantara dan bahasa persatuan diantara penduduk bumiputra yang mendiami Kepulauan Nusantara ini.

Masalah bahasa persatuan inilah, yang kemudian dijadikan pokok pembicaraan Yamin dan Kongres Pemuda I tahun 1926. Kemudian, dilanjutkan dalam Kongres Pemuda II tahun 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda (yang mengikrarkan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia),

V. Organisasi Pemuda Lainnya

Setelah berdirinya Jong Java dan Jong Sumatranen Bond, pemuda dari daerah lain tak mau ketinggalan. Mereka membentuk organisasi pemuda dari daerah masing-masing. Organisasi tersebut diantaranya,

- Ambon Bonds bertujuan memajukan pengajaran dan

penghidupan rakyat Ambon;

- Mena Muria bertujuan mencapai kemajuan dan

kemakmuran rakyat Ambon di Semarang;

- Organisasi pemuda pelajar Ambon baru didirikan

Tahun 1918 dan bernama Jong Ambon.

Antara tahun 1918-1919, lahir pula organisasi Jong Manahasa dan Jong Celebes. Namun, kedua organisasi ini tidak dapat berkembang biak karena jumlah pelajar dari tokoh muda Minahasa yang terkenal muncul waktuitu, yaitu Sam Ratulangi. Sementara itu, pamuda asal Betawi berhasil membentuk organisasi Pemuda Betawi dibawah pimpinan Moh. Husni Thamrin. Tidak dapat pula dilupakan kelahiran perserikatan pemuda-pemuda Timor yang bernama Timorsche Verbond di Makassar, tahun 1922. kemudian, berdiri pula Jong Bataks Bond yang merupakan pecahan dari Jong Sumatranen Bond.

VI. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

Dalam suatu rapat yang berlangsung dibandung pada 17-18 Desember 1927, dicapai kesepakatan antara wakil-wakil dari PSI, BU, Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Betawi, dan kelompok Studi Indonesia untuk membentuk federasi partai politik. Federasi itu bernama permufakatan perhimpunan-perhimpunan Partai Politik Indonesia (PPPKI). PPPKI mengadakan kongres I di Surabaya. Para wakil partai politik berharap bahwa kongres tersebut merupakan permulaan era baru bagi gerakan kebangsaan yang dibahas dalam kongres, antara lain mengenal masalah pendidikan nasional dan lain-lain.

VII. Organisasi Kepanduan

Sejalan dengan berkembangnya organisasi kepemudaan, berkembang pula organisasi kepanduan yang beranggotakan para pemuda dari berbagai gerakan. Diantaranya, Javaansche Padvinderij (NATIPY), dan pandu pemuda Sumatra (PPS).

Agar terbentuk kerjasama antara organisasi-organisasi Kepanduan Indonesia (BPPKI) sebagai jawaban atas aspirasi organisasi kepanduan yang berkembang. Oleh karena itu, muncul organisasi-organisasi fusi lainnya.

Pada tahun 1938, didirikan Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) sebagai jawaban atas aspirasi untuk membentuk wadah kerja sama yang bisa menggalang persatuan semua organisasi kepanduan.

C. PERIODE RADIKAL

I. Partai Komunis Indonesia ( PKI )

Paham Marxisme masuk keindonesia dibawa oleh Sheevilet pada 1913. ia lalu mendirikan ISDV dan melakukan kerja sama dengan organisasi yang telah lebih dulu ada, seperti SI. Dengan taktik intilitrasi, ISDV mampu mempengaruhi anggota SI pada akhirnya SI terpecah menjadi dua Pada kongresnya yang ke VII tahun 1920, dibicarakan usul untuk mengganti ISDV menjadi partai Komunis Hindia . Ternyata, suara mereka mendapat dukungan terbanyak. Pada 23 mei 1920, Nama ISDV diubah menjadi partai komunis Hindia. Selanjutnya, pada Desember partai komunis hindia dirubah menjadi Partai Komunis Indonesia ( PKI ). PKI semakin kuat ketika pada Februari 1923, Darsono kembali dari Moskow atas perintah Komintern untuk mendampingi semaun. Tokoh – Tokoh seperti Alimin dan Musa, dilibatkan sehingga peranan PKI dalam pencaturan politik dan hindia belanda semakin luas.

PKI semakin kuat dan berhasil menjadi salah satu partai besar, dan merencanakan gerakan yang dikenal sebagai pemberontakan PKI 1926. Namun, pemberontakan ini dapat dipadamkan. Pemberontakan yang meletus di jakarta ini kemudian disusul dengan tindakan – tindakan kekerasan jawa barat, jawa tengah, dan jawa timur. Namun, dalam waktu satu hari , pemberontakan dijakarta berhasil ditumpas. Akibatnya, banyak pengikut PKI yang berhasil ditangkap, dipenjarakan, dam dibuang ketengah merah dan digul, dipapua. Partai Komunis Indonesia pun dinyatakan sebagai partai terlarang.

II. Perhimpunan Indonesia ( PI )

Pada Awal abad ke 20, banyak pemuda indonesia yang mendapat kesempatan untuk belajar kebelanda. Pemuda Indonesia dibelanda mendirikan Organisasi yang bernama Indsche Vereeniging. Asas dari organisasi ini adalah :

1. Indonesia ingin menentukan nasib sendiri :

2. Bangsa Indonesia mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri :

3. Bangsa Indonesia harus bersatu melawan penjajah.

Pada tahun 1924 , organisasi ini berganti nama menjadi Indoinesische Vareeniging. Perubahan nama tersebut memiliki arti strategi yang memiliki identitas bangsa indonesia sikap politik PI pun berubah dari kooferatif menjadi non – kooperatif. PI tumbuh menjadi organisasi nasional dan anti kolonial. PI juga mengikuti banyak kegiatan yang dilakukan oleh dituduh melakukan makar. Tetapi vonis pengadilan membebaskan mereka Organisasi international . Kegiatan – kegiatan PI ternyata mendapat pengawasan dari pemerintah belanda. Mereka

Dalam perkembanganya , para mahasiswa meminta para alumninya untuk kembali ke indonesia dan mempengaruhi, bahkan mengambil alih kepemimpinan organisasi – organisasi pergerakan diindonesia sehingga sejalan dengan ide – ide perjuangan Perhimpunan Indonesia.

Pada April 1927, beberapa tokoh pergerakan , seperti Iskaq, Sunarjo, Budiarto, Tjipto, Mangunkusumo, Sudjadi, dan J. Tilaar berkumpul dirumah Ir. Soekarno di Bandung untuk membicarakan situasi politik indonesia sekaligus memberikan ide pembentukan sebuah partai nasional. Pada 4 Juli 1927, dicapai kata sepakat mendirikan sebuah organisasi politik yang diberi nama Perserikatan Nasional Indonesia dengan ketuanya Ir. Soekarno.

III. Partai Nasional Indonesia ( PNI )

Pada 4 Juli 1927, atas inisiatif Algemeenestudie Club, diadakan rapat pendirian Perserikatan Nasional Indonesia. Sasaran pokoknya adalah Indonesia merdeka. Sifat perjuangannya adalah nonkooperatif. Ada dua macam cara yang dilakukan PNI untuk memperkuat diri dan memperbesar pengaruhnya dalam masyarakat. Pertama adalah kedalam, yakni mengadakan usaha kursus – kursus, mendirikan sekolah – sekolah, bank – bank, dan sebagainya. Kedua adalah ke luar, yakni mengadakan rapat – rapat umum dan penerbitan surat kabar ( Persatoean Indonesia di Jakarta dan Banteng Priangan di Bandung ).

Ir. Soekarno, R Gatot Mangkupradja, Maskoen Sumadimedja, dan Soepriadinata diajukan ke pengadilan Bandung pada 18 Agustus – 29 september 1930.

Dalam pidato pembelaannya, Ir. Soekarno membacakan tulisannya yang terkenal, Indonesia menggugat. Dalam pidato tersebut, Soekarno menandaskan, “ kini sudah semakin jelas bahwa pergerakan nasional diindonesia bukanlah bukan bikinan kaum Intelektual dan komunis saja, tetapi merupakan reaksi umum yang wajar dari rakyat jajahan yang batinnya telah merdeka. Revolusi Indonesia adalah revolusi Zaman sekarang, bukan revolusi sekelompok kaum Intelektual, tetapi revolusinya bagian terbesar rakyat dunia yang terbelakang dan diperbodoh.” Namun para pemimpin PNI akhirnya dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan kolonial belanda dengan dakwaan melakukan perbuatan mengganggu ketertiban dam menentang pemerintah.

Pada April 1931, PNI dibubarkan. Beberapa anggotanya kemudian mendirikan Partindo ( Partai Indonesia ) pada 1 Mei 1931 dengan ketuanya Sartono. Namun, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, dan kawan – kawan mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia.

D. PERIODE BERTAHAN

I. Kongres Pemuda

Kongres Pemuda berlangsung di Jakarta pada 30 April – 2 Mei 1926. kongresnya ini bertujuan membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan diatara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Kongres pemuda ke-1 menerima dan mengakui cita-cita persatuan indonesia. Kongres pemuda ke-2 diadakan pada 26-28 Oktober 1928. kongres ini merupakan puncak integrasi ideologi nasional dan menjadi peristiwa nasional. Para peserta yang hadir mengucapkan sumpah seti9a satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, Indonesia. Rumusan sumpah pemuda tidak lain adalah bentuk identitas nasional. Rumusan menjadi simbol persatuan dalam menggalang kekuatan untuk menghadapi kekuatan kolonial. Meskipun sumpah pemuda itu haya merupakan suatu tekad para pemuda, pada akhirnya menjadi kenyataan dalam dua dasawarsa kemudian. Dalam perjalanan sejarah, sumpah pemuda tidaklah menjadi mitos, melainkan menjadi realita.

Naskah keputusan kongres pemuda II tentang sumpah pemuda berbunyi sebagai berikut:

Putusan kongres pemuda pemudi indonesia

Kerapatan pemuda-pemudi indonesia diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan indonesia yang berdasarkan kebangsaan, dengan namanya Jong Java, Sumatranen Bond, Pemuda indonesia, sekar ruun, jong islamieten Bond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan PPPKI

Membuka rapat pada tanggal 17 – 28 Oktober 1928 di negeri Jakarta. Sesudahnya mendengar pidato-pidato pembicaraan yang diadakan dalam kerapatam tadi. Sesudah menibang isi pidato dan pembicaraan ini. Kerapatan lalu mengambil keputusan.

Pertama : Kami putra dan putri indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air indonesia

Kedua : Kami putra dan putri indnesia mengaku berbangsa satu, bangsa indonesia.

Ketiga : kami putra dan putri indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia

Setelah mendengar putusan kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini wajib dipakai segala perkumpulan kebangsaan indonesia.

II. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Di Surabaya, terdapat sebuah kelompok studi indonesia yang berperan dalam pergerakan nasional. Tujuan organisasi ini adalah penghapusan penderitaan rakyat melalui kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Tahun 1930, kelompok ini berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan pada 1932 bersama Budi Utomo, serikat Celebes dan beberapa organisasi lain melebur menjadi partai indonesia raya, dengan kekuatan budi utomo. Parindra bertujuan membentuk indonesia yang mulia dan sempurna. Partai indonesia raya ini mengambil jalan kooperatif dengan pemerintah Belanda. Hal ini diambil untuk menyelamatkan pergerakan nasional di tengah sikap represif pemerintah Belanda terhadap organisasi pergerakan ninkooperatif.

III. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Pada 21 Mei 1939 di jakarta, berhasil didirikan organisasi Gabungan Politk Indonesia (GAPI). Keberhasilan ini di peroleh setelah diadakan pendekatan dan perundingan dengan partai-partai dan organisasi-organisasi. Anggaran dasar GAPI menegaskan berdasarkan hak untuk menentukan nasib sendiri persatuan nasional dari seluruh bangsa. Dalam kongres pertama pada 4 juli 1939, GAPI bersemboyan “Indonesia Berparlemen”. Pada 25 Desember 1939 GAPI di jakarta membentuk kongres rakyat indoneia (KRI). Tujuannya adalah indonesia raya dan sasaran utama yang hendak di capai adalah indonesia berparlemen penuh. Dan pada agustus 1940, GAPI menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di indonesia atas persetujuan pemerintah. Pada 14 desember 1940, di bentuklah komisi penyelidik untuk perubahan ketatanegaraan yang dikenal sebagai komisi Visman. Namun tidak ada sambutan baik dari Volksraad atau GAPI. Untuk itu di bentuklah suatu panitia untuk menyusun bentuk dan susunan ketatanegaraan. Hasil panitia disampaikan pada 14 februari 1941 di Gedung Raad Van Indie, Jakarta.

IV. Taman Siswa

Perguruan taman siswa berdiri pada 3 Juli 1922. pendirinya adalah R. M. Suwardi Suryaningrat yang kemudiandikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Asas taman siswa berisi 7 pasal yang diwujudkan dalam sistem among, yaitu mewajibkan guru-guru sebagai pemimpin yang berdiri di belakang memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri. Inilah yang di sebut dengan Tut Wuru Handayani. Di tengah tindaka represif pemerintah Belanda atas berbagai organisasi politik indonesia, taman siswa muncul sebagai organisasi tandingan (Counter Institution) yang menjadi alternatif bagi kaum nasionalis untuk memperoleh hak-hak bangsa. Hal ini di buktikan dicabutnya undang-undang sekolah liar pada tahun 1933.

No comments: